Dari deru keterpurukan serta sekian ribu pilu
menghantui tanpa tunggu
menyibakkan perih serta kelu
di relung kalbu
Ketiadaan menemani setiap waktu
putus asa merajam penuh belenggu
Risau buru-buru
menghancurkan daya imaji tenaga palsu
Seberapakah raga menopang cita?
hingga sayap-sayap menadah hujan, serta
keindahan yang diinginkan merayap pada masa
melucuti segala gelisah
: dada
Beranjaklah!
Sudah saatnya menabur angsoka
di taman semesta
: mimpi kita
Surabaya, 3 Desember 2014
*Anggi Putri, mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Freelance Writer, menulis dengan penuh asa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar